Renungankan Kembali Bagi Anda yang Ingin Melamar Kerja di Bank! ini alasan nya..
09.33 |
|
Bulan ini adalah bulan wisuda bagi sebagian kampus terpandang di negeri
kita. Banyak sarjana unggulan yang dihasilkan. Setelah lulus, mahasiswa
selalu memikirkan apa pekerjaannya setelah itu. Sebagian memilih untuk
bekerja di bank. Di antara alasannya, barangkali karena pendapatannya
lebih lumayan besar.
Kami mengajak para lulusan tersebut untuk renungkan tulisan berikut
terlebih dahulu jika memang serius untuk mengajukan pekerjaan di bank.
Setiap jiwa tidak akan mati sampai rezekinya sempurna
Ingat, setiap jiwa tidak akan mati sampai rezekinya sempurna. Kalau
sudah ada jaminan demikian, kenapa khawatir pada rezeki? Dari Ibnu Masud
radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku
bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia
habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan
perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki
mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah.
Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat
kepada-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam
Al-Mujam Al-Kabir 8: 166, hadits shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits
As-Shahihah no. 2866).
Dalam hadits diperintahkan untuk mencari rezeki dengan cara yang halal,
jangan dengan bermaksiat atau menghalalkan segala cara. Karena ada yang
putus asa dari rezeki hingga menempuh pekerjaan yang haram.
Carilah rezeki dengan cara yang halal
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah
jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah
seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh
rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah,
dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah
jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR.
Ibnu Majah no. 2144. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini
shahih).
Jika cara yang ditempuh adalah cara yang halal, tentu akan berpengaruh
pada ampuhnya doa. Jika sebaliknya, yang ditempuh adalah cara yang tidak
halal, lihat saja bagaimana pengaruhnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang
laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya
kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit
seraya berdoa: “Wahai Rabbku, wahai Rabbku.” Padahal, makanannya dari
barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang
haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan
memperkenankan doanya?” (HR. Muslim no. 1015)
Yusuf bin Asbath berkata,
“Telah sampai pada kami bahwa doa seorang hamba tertahan di langit
karena sebab makanan jelek (haram) yang ia konsumsi.” (Dinukil dari
Jaamiul Ulum wal Hikam, 1: 276)
Cari pekerjaan yang tidak menyengsarakan orang lain
Ada salah satu pekerjaan yang terlarang yaitu menimbun barang sehingga
mematikan stok barang di pasaran terutama untuk barang kebutuhan pokok.
Dalam hadits disebutkan,
“Tidak boleh menimbun barang, jika tidak, maka ia termasuk orang yang berdosa.” (HR. Muslim no. 1605).
Apa hikmah terlarangnya menimbun barang? Imam Nawawi berkata, “Hikmah
terlarangnya menimbun barang karena dapat menimbulkan mudarat bagi
khalayak ramai.” (Syarh Shahih Muslim, 11: 43).
Namanya orang yang berutang, rata-rata adalah rakyat kecil atau mereka
memang orang yang butuh. Apakah pantas orang yang butuh semacam itu
disengsarakan? Rata-rata pula orang bisa stress dan bahkan bisa gantung
diri hanya karena tumpukan utang pada para rentenir. Karena prinsip
utang di zaman ini hanyalah untuk mencari untung. Dan itu menyengsarakan
rakyat jelata sama halnya menimbun barang yang penulis singgung di
atas.
Bahkan di tempat kami di Gunungkidul, rata-rata yang gantung diri atau
bunuh diri itu karena masalah utang yang berat yang mesti dilunasi di
rentenir. Bank saat ini tak jauh dari kerjaan para rentenir walau
mungkin bunganya lebih ringan. Tetapi riba tak pandang ringan. Karena
para ulama menyepakati, “Setiap utang piutang yang di dalamnya meraup
keuntungan (ada manfaat yang diambil), maka itu adalah riba.
Kalau demikian, apakah masih mau apply di bank? Silakan renungkan.
Cobalah terus meminta pada Allah untuk mendapatkan rezeki yang halal
sebagaimana doa yang Nabi shallallahu alaihi wa sallam ajarkan berikut
ini,
“Allahumak-finii bi halaalika an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika amman siwaak”
[Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang
haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada
selain-Mu] (HR. Tirmidzi no. 3563, hasan menurut At Tirmidzi, begitu
pula hasan kata Syaikh Al Albani)
Sumber: akhwatindonesia