Jangan2, Ada Tanda Ini Di Temanmu!! Kenali Tanda-tanda Orang Mau Bunuh Diri, dan Segera Cegah
05.44 |
|Bunuh diri dapat dicegah dengan mengenali faktor risiko dan tanda-tandanya.
Butuh kepekaan orang terdekat maupun orang sekitar untuk mengenali tanda-tandanya.
Dokter spesialis kedokteran jiwa Nurmiati Amir mengatakan, biasanya bunuh diri terjadi pada saat depresi. Saat depresi, seseorang akan merasa sedih luar biasa, merasa tidak ada harapan, tidak ada masa depan dalam hidupnya.
Orang tersebut juga menjadi lebih sering bicara tentang kematian dan mengalami perubahan perilaku.
"Itu sudah tanda-tanda yang enggak bisa kita anggap enteng. Kata-kata akan bunuh diri itu juga tidak bisa kita anggap bercanda. Pada orang depresi itu (bunuh diri) bisa ia lakukan," kata Nurmiati.
Mereka yang berpikir untuk bunuh diri juga sering berbicara seperti orang putus asa, sering menyalahkan diri sendiri, mengembalikan barang-barang pinjaman, meminta maaf pada banyak orang, menarik diri dari lingkunganya, hingga tiba-tiba menelepon orang-orang terdekat atau yang disayangiya.
Menurut Nurmiati, hal itu merupakan tanda-tanda dini yang tak boleh diabaikan jika terjadi pada orang-orang berisiko, seperti mengalami depresi, muaupun memiliki gangguan jiwa.
"Ketika itu kita serius berbicara dengan dia, apa masalah kamu, kenapa kamu bicara seperti itu, kita punya masa depan, keluarga, dan sebagainya," ujar Nurmiati.
Jangan menghakimi dan menyalahkan orang yang berniat bunuh diri. Jadikanlah diri Anda tempat bercerita, namun tak perlu memaksa. Selain itu, bisa juga menyarankan untuk mengunjungi psikolog atau psikiater.
Cegah stres dan depresi
Menjadi pemaaf bagi diri sendiri dan orang lain dapat melindungi Anda dari stres dan depresi. Bisa menjadi cara tercepat untuk mencapai kesehatan mental, yang akhirnya membuat kesehatan fisik pun ikut meningkat, isi sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Health Psychology.
Para peneliti melihat efek stres pada kesehatan mental seseorang, dan membandingkan kesehatan orang-orang yang pemaaf bila dibandingkan dengan orang yang tidak begitu pemaaf, bahkan pendendam.
Untuk melakukan hal ini, peneliti melibatkan 148 orang dewasa muda untuk mengisi kuesioner tentang tingkat stres, kecenderungan untuk memaafkan, kondisi kesehatan mental dan fisik mereka.
Hasilnya dianggap tidak mengherankan, orang-orang yang kerap mengalami stres memiliki kesehatan mental dan fisik yang lebih buruk sepanjang hidup mereka.
Tapi para peneliti juga menemukan, bahwa jika orang-orang menjadi sangat pemaaf baik pada diri mereka sendiri dan orang lain, sifat tersebut bisa memotong efek buruk stres terhadap kesehatan mental.
Penulis studi Loren Toussaint, seorang profesor psikologi di Universitas Luther mengatakan, "Jika Anda tidak memiliki keinginan untuk memaafkan, stres akan memperburuk kesehatan mental Anda secara tak tanggung-tanggung, yang akhirnya memperburuk kesehatan fisik juga. Sehingga, Anda tidak memiliki penangkal stres. "
Walau belum ada ukuran pasti seberapa besar sifat memaafkan dapat melindungi seseorang dari stres bahkan depresi, para peneliti menilai bahwa orang-orang yang lebih pemaaf lebih mungkin untuk memiliki keterampilan dalam mengatasi stres.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan, bahwa mengucapkan doa pendek atau meditasi singkat tentang pengampunan dapat membantu seseorang meredakan stres secara signifikan.